Saturday, May 5, 2007

THUKUL : BERKAH WAJAH MUSIBAH


Wajah Musibah Membawa Berkah (*)

TUKUL Arwana, 43 tahun, kini boleh berbangga. Statusnya bertambah lagi. Dia tidak hanya dikenal sebagai pelawak, tapi juga terampil sebagai presenter. Pelan tapi pasti, popularitas Empat Mata, talk show yang dibawakannya di TV7, terus merayap. "Alhamdulillah, sekarang rating-nya mencapai 2,8 untuk penonton laki-laki dan 1,7 untuk penonton perempuan," katanya.

Angka yang tidak buruk. Resep yang dipakainya ternyata simpel saja. Dia mengaku tak berbeda dengan saat melawak. Katanya, dia tidak memberikan kesempatan untuk mengalami jeda tawa. Hanya dalam hitungan detik, ia harus memancing tawa penonton.

Menurut Riyanto, nama aslinya, resep itu tak lain merupakan buah dari perjalanan hidupnya yang panjang. Pada 1985, dari Semarang dia hijrah ke Jakarta untuk mewujudkan mimpinya menjadi pelawak. Malang-melintang membuat grup lawak tak membuatnya lantas terkenal.

Jalan terang menyinarinya ketika dia diajak tampil bersama grup Srimulat sebagai bintang tamu. "Lawakan saya sudah memenuhi standar ISO," katanya sambil cengengesan. Apa pula itu?

Sebenarnya Anda ikut dalam menentukan konsep acara di televisi itu?

Ndak. Saya hanya menambahkan sedikit-sedikit. Selebihnya datang dari tim kreatif televisi. Tapi, sejak awal, saya sudah mewanti-wanti bahwa saya tidak seperti yang mereka bayangkan: berwawasan luas atau intelektual. Hasilnya alhamdulillah.

Menjadi pelawak itu pilihan atau malah tersesat?

Sejak kecil memang bercita-cita menjadi pelawak. Di tengah jalan, keinginan saya malah jadi insinyur. Untunglah meleset hingga akhirnya jadi "cover boy" begini, ha-ha-ha....

Pernah merasa lawakan Anda basi?

Kebetulan saya hati-hati banget. Saya harus melihat susunan acara dan kondisi gedung. Kalau gedung itu bergema atau memantulkan suara, kebanyakan tidak berhasil. Mendingan saya menjadi MC atau menyanyi. Sebaliknya, kalau jarak penontonnya dekat, kita bisa berhasil. Susunan acara juga berpengaruh. Untuk yang itu, saya selalu meminta lawakan dilakukan sebelum acara makan.

Resep itu Anda temukan setelah berapa lama melawak?

Sebenarnya baru-baru saja. Saya pelajari dari pengalaman.

Kenapa Anda memilih nama Tukul Arwana?

Dalam bahasa Jawa, tukul berarti tumbuh. Ikan arwana kan ikan pembawa hoki yang dipelihara orang kaya. Nah, siapa tahu saya menjadi orang kaya. Tukul itu bisa juga berarti too cool, sangat dingin atau sangat keren. Tapi bisa juga tukul artinya turunan kuntilanak, he-he-he....

Berapa sekarang bayaran Anda sekali manggung?

Biasanya yang mau pakai saya sudah segan sendiri. Ini nggak pakai rupiah, dibayar pakai dolar atau pound sterling, ha-ha-ha....

Masih ingat honor pertama Anda?

Dulu, di Semarang, saya pernah dibayar pakai sepatu. Begitu saya pakai, ternyata kegedean.

Siapa sih orang yang berjasa buat karier Anda?

Oh, banyak. Ramon Tomibens, Alex Sukamto, Toto Prawoto, Toni Rastafara, yang kasih saya nama Tukul Arwana, dan Pak Tarzan Srimulat, yang memberikan ilmu bagaimana melawak yang baik.

Sori, nih. Kalau Anda ganteng seperti bintang sinetron, mungkinkah Anda menjadi pelawak?

Berarti aku nggak ganteng? Mukaku memang musibah, tapi kalau dicermati malah membawa berkah, he-he-he.... Saya malah bersyukur. Kalau saya ganteng lalu jadi penipu wanita cantik, wah, repot lagi.

Apakah salah satu syarat menjadi pelawak nggak boleh ganteng?

Ha-ha-ha.... Nggak juga. Pelawak itu ganteng-ganteng, lo.... Jadi pelawak sih bisa dipelajari. Kumpul dengan saya tiga bulan saja, saya ajari bisa jadi lucu.

Bagian tubuh Anda yang menurut Anda paling menjual?

Ketika saya tersenyum, ha-ha-ha..., saya rasa sudah memikat audiens. Sepertinya sudah menghipnotis mereka, seperti sudah dikelitiki.

Omong-omong, pelawak di negeri ini tak pernah habis. Apa karena kita sudah tertekan dan butuh hiburan?

Bisa juga begitu. Masyarakat butuh hiburan yang ringan saja, kok. Ngomong yang aneh-aneh menyalahkan orang lain malah membuat mereka tak suka. Makanya saya memilih lawakan independen, lawak yang benar-benar mendapatkan sertifikat ISO. Maksudnya iso babat, iso rempela, he-he-he....

Sampai kapan Anda mau melawak?

Sampai tua. Kalau masih laku, saya akan terus melawak.

* pdt-ib

No comments: